Minggu, 20 Juli 2014

Pembelajaran Model Diskusi Kelas


A.    Pembelajaran Model Diskusi Kelas
1.      Pengertian
Menurut Arends (1997), diskusi dan diskursus merupakan komunikasi seseorang berbicara satu dengan yang lain, saling berbagi gagasan dan pendapat. Kamus bahasa mendefinisikan diskursus dan diskusi hampir identik yaitu melibatkan saling tukar pendapat secara lisan, teratur, dan untuk mengekspresikan pikiran tentang pokok pembicaraan tertentu.
Menurut Suryosubroto (1997: 179), diskusi adalah suatu percakapan ilmiah oleh beberapa orang yang tergabung dalam satu kelompok, untuk saling bertukar pendapat tentang suatu masalah atau bersama-sama mencari pemecahan mendapatkan jawaban dan kebenaran atas suatu masalah.
Menurut Arends (1997), dalam pembelajaran diskusi mempunyai arti suatu suatu situasi dimana guru dengan siswa atau siswa dengan siswa yang lain saling bertukar pendapat secara lisan, saling berbagi gagasan dan pendapat. Pertanyaan yang ditujukan untuk membangkitkan diskusi berada pada tingkat kognitif lebih tinggi. 
Menurut Suryasubroto (1997:181), bahwa diskusi oleh guru digunakan apabila hendak:
a)      Memanfaatkan berbagai kemampuan yang ada (dimiliki) oleh siswa.
b)      Memberikan kesempatan kepada para siswa untuk menyalurkan kemampuannya masing-masing.
c)      Memperoleh umpan balik dari para siswa tentang apakah tujuan yang telah dirumuskan telah tercapai.
d)     Membantu para siswa belajar berpikir teoritis dan praktis lewat berbagai mata pelajaran dan kegiatan sekolah.
e)      Membantu para siswa belajar menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman-temannya (orang lain).
f)       Membantu para siswa menyadari dan mampu merumuskan berbagai masalah yabg di”lihat” baik dari pengalaman sendiri maupun dari pelajaran sekolah.
g)      Mengembangkan motivasi untuk belajar lebih lanjut.
Berdasarkan pengertian tersebut, pemanfaatan diskusi oleh guru mempunyai arti untuk memahami apa yang ada di dalam pemikiran siswa dan bagaimana memproses gagasan dan informasi yang diajarkan melalui komunikasi yang terjadi selama pembelajaran berlangsung baik antar siswa maupun komunikasi guru dengan siswa. Sehingga diskusi menyediakan tatanan social dimana guru dapat membantu siswa menganalisis proses berpikir mereka.
Dalam hal peran guru dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dapat dilihat dari aktivitas yang dilakukan oleh guru dalam mengajar selama Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Dalam penelitian ini aktivitas-aktivitas tersebut seperti dalam Tabel 2.1 berikut.
Tabel 2.1
Langkah-langkah Penyelenggaraan Model Diskusi Think-Pair-Share
Tahap
Kegiatan Guru
Tahap 1 menyampaikan tujuan dan mengatur siswa



Tahap 2 mengarahkan diskusi



Tahap 3 menyelenggarakan diskusi









Tahap 4 diskusi kelas & presentasi hasil diskusi



Tahap 5 mengakhiri diskusi

Tahap 6 melakukan Tanya jawab singkat tentang proses diskusi
1)      Menyampaikan pendahuluan,       (a) motivasi, (b) menyampaikan tujuan dasar diskusi, (c) apersepsi.
2)      Menjelaskan tujuan diskusi.

1)      Mengajukan pertanyaan awal / permasalahan.
2)      Modeling.

1)      Membimbing / mengarahkan siswa dalam mengerjakan LKS secara mandiri (Think).
2)      Membimbing / mengarahkan siswa dalam berpasangan (Pair).
3)      Membimbing / mengarahkan siswa dalam berbagi (Share).
4)      Menerapkan waktu tunggu.
5)      Membimbing kegiatan siswa.

Guru mengarahkan/membimbing siswa dalam melaksanakan diskusi kelas dan mempresentasikan hasil diskusi Think-Pair-Share.

Menutup diskusi.

Membantu siswa membuat rangkuman diskusi dengan Tanya jawab.
         Sumber: Tjokrodihardjo (2003)

Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD


A. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Student Team Achievement Divisions (STAD) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan 4 orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerjanya, jenis kelamin dan suku. Guru menyajikan  pelajaran kemudian siswa bekerja dalam tim untuk memastikan seluruh anggotatim telah menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya seluruh siswa dikenai kuis tentang materi itu dengan catatan, saat kuis mereka tidak boleh saling membantu. Tipe pembelajaran inilah yang akan diterapkan dalam pembelajaran matematika. (Andayani, 2007)
Bagian esensial dari model ini adalah adanya kerjasama anggota kelompok dan kompetisi antar kelompok. Siswa belajar di kelompok untuk belajar dari teman serta “ mengajar” temannya. Kemudian setelah adanya evaluasi, maka kelompok yang memperoleh nilai yang tertinggi diberikan penghargaan. (Krismanto, 2003)
B.  Tahap Pelaksanaan Pembelajaran Tipe STAD
1.  Persiapan materi dan penerapan siswa dalam kelompok.
Sebelum menyajikan guru harus mempersiapkan lembar kegiatan dan lembar jawaban yang akan dipelajari siswa dalam kelompok-kelompok kooperatif. Kemudian menetapkan siswa dalam kelompok heterogen dengan jumlah maksimal 4-5 orang, aturan heterogenitas dapat berdasarkan pada:
a.       Kemampuan akadenik (pandai, sedang dan rendah)
Yang didapat dari hasil akademik (skor awal) sebelumnya. Perlu diingatpembagian itu harus diseimbangkan seingga setiap kelompok terdiri dari siswa dengan tingkat prestasi yang seimbang.
b.      Jenis kelamin, latar belakang social, kesenangan bawaan/sifat (pendiam dan aktif), dan lain-lain. (Andayani, 2007)
2.  Penyajian materi pelajaran
Ditekankan pada hal-hal berikut:
a.       Pendahuluan
Di sini perlu ditekankan apa yang akan dipelajari siswa dalam kelompok dan menginformasikan hal yang penting untuk memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang konsep-konsep yang akan mereka pelajari.
b.      Pengembangan
Dilakukan pengembangan materi yang sesuai yang akan dipelajari siswa dalam kelompok. Di sini siswa belajajr untuk memahami makna bukan hafalan. Pertanyaan-pertanyaan diberikan penjelasan tentang benar atau salah. Jika siswa telah memahami konsep dapat beralih ke konsep lain.
c.       Praktek terkendali
Praktek terkendali dilakukan dalam menyajikan materi dengan cara menyuruh siswa mengerjakan soal, menunjuk siswa secara acak untuk menjawab atau menyelesaikan masalah agar siswa selalu siap dan dalam memberikan tugas jangan menyita waktu lama.
(Andayani, 2007)
3.  Kegiatan kelompok
Guru membagikan LKS kepada setiap kelompok sebagai bahan yang akan dipelajari siswa. Isi dari LKS selainmateri pelajaran juga digunakan untuk melatih kooperatif. Guru memberi bantuan dengan memperjelas perintah, mengulang konsep dan menjawab pertanyaan. (Andayani, 2007)
4.  Evaluasi
Dilakukan selama 45-60 menit secara mandiri untuk menunjukkan apa yang telah siswa pelajari selama bekerja dalam kelompok. Hasil evaluasi digunakan sebagai nilai perkembangan individu dan disumbangkan sebagai nilai perkembangan kelompok. (Andayani, 2007)
5.  Penghargaan kelompok
Dari hasil perkembangan, maka penghargaan pada prestasi kelompok diberikan dalam tingkatan penghargaan seperti kelompok baik, hebat dan super. (Andayani, 2007)
6.  Perhitungan ulang skor awal dan pengubahan kelompok
Satu periode penilaian (3-4 minggu) dilakukan perhitungan ulang skor evaluasi sebagai skor awal siswa yang baru. Kemudian dilakukan perubahan kelompok agar siswa dapat bekerja dengan teman yang lain. (Andayani, 2007)
C.  Kelebihan dan Kekurangan Metode STAD
1.  Kelebihan metode STAD, yaitu:
a.  Seluruh siswa menjadi lebih siap.
      b   Melatih kerjasama dengan baik.
2.  Kekurangan metode STAD, yaitu:
      a.   Anggota kelompok mengalami kesulitan.
            b. Membedakan siswa.

Pembelajaran Konstruktivisme


A.          Pembelajaran Konstruktivisme
Salah satu landasan teoritik pendidikan modern termasuk CTL adalah teori pembelajaran konstruktivisme. Pendekatan ini pada dasarnya menekankan pentingnya siswa membangun sendiri pengetahuan mereka lewat keterlibatan aktif  proses belajar-mengajar. Proses belajar- mengajar lebih diwarnai Student centered  daripada teacher centered. Sebagian besar waktu proses belajar-mengajar  berlangsung dengan berbasis pada aktivitas siswa.
Ide-ide konstruktivis modern banyak berlandaskan pada teori Vygotsky yang telah digunakan untuk menunjang  metode pengajaran yang menekankan pada pembelajaran kooperatif,pembelajaran berbasis kegiatan , dan penemuan. Salah satu prinsip kunci yang diturunkan dari teorinya adalah penekanan pada hakikat social dari pembelajaran . Ia mengemukakan bahwa siswa belajar melalui interaksi dengan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu .
Teori Vygotsky yang lain mengatakan bahwa siswa belajar konsep paling baik apabila konsep itu berada dalam daerah perkembangan terdekat  siswa. Daerah perkembangan terdekat adalah tingkat perkembangan  seseorang saat ini . Tingkat perkembangan seseorang saat ini tidak lain adalah tingkat pengetahuan awal atau pengetahuan prasyarat itu telah dikuasai, maka kemungkinan sekali akan terjadi pembelajaran hafalan yang membosankan dan tidak menumbuhkan motivasi siswa, apabila proses belajar-mengajar ini terus-menerus berlangsung dari tahun ke tahun, maka kemungkinan besar banyak siswa yang tidak menyukai pelajaran matematika .
Konstruktivisme merupakan landasan berpikir pendekatan konstekstual, yaitu bahwa pengetahuan di bangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekoyong-konyong.Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.
Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide- ide. Guru tidak akan mampu memeberikan semua pengetahuan kepada siswa. Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri. Esensi dari teori konstruktivis adalah ide bahwa siswa harus menemukan dan mentaransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain, dan apabila dikehendaki, informasi itu menjadi milik mereka sendiri.
Dengan dasar itu, pembelajaran harus dikemas menjadi proses  ‘mengkonstruksi’ pengetahuan.Dalam proses pembelajaran , siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar dan mengajar.Siswa menjadi pusat kegiatan bukan guru.
Landasan berpikir konstruktivisme agak berbeda dengan pandangan kaum objektivis, yang lebih menekankan pada hasil pembelajaran. Dalam pandangan konstruktivisme, strategi memperoleh lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan.


Hal-hal dalam pembelajaran konstruktivisme yaitu:
1.      Mengutamakan pembelajaran yang bersifat nyata dalam konteks yang relevan
2.      Mengutamakan  proses
3.      Menanamkan pembelajaran dalam konteks pengalaman social
4.      Pembelajaran dilakukan dalam upaya mengkonstruksi pengalaman
Dalam pembelajaran konstruktivisme peranan guru adalah sebagai berikut:
1)      Guru menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan peserta didik dan bertanggung jawab dalam membuat rancangan, proses dan penelitian.
2)      Guru menyediakan atau memberikan kegiatan-kegiatan yang merangsang keingintahuan peserta didik, membantu mereka untuk menngekspresikan gagasan-gagasannya dan mengkomunikasikan ide ilmiah mereka..
3)      Guru menyediakan kesempatan dan pengalaman yang paling mendukung proses belajar siswa
4)      Guru menyediakan sarana yang merangsang siswa berpikir secara produktif.
5)      Guru memonitor, mengevaluasi,dan menunjukkan apakah pemikiran peserta didik berjalan atau tidak.
Dalam pembelajaran ini , guru bukanlah seseorang yang maha tahu dan peserta didik bukanlah yang belum tahu dan karena itu harus diberi tahu.Dalam pembelajaran ini peserta didik aktif mencari tahu dengan membentukpengetahuannya , seddangkan guru membantu agar pencarian itu berjalan baik.dalam banyak hal guru dan peserta didikbersama-sama membangunpengetahuan .Dalam artian inilah hubungan guru dan peserta didik lebih sebagai mitra yang bersama-sama membangun pengetahuan.
                Pengetahuan tumbuh berkembang melalui pengalaman. Pemahaman berkembang semakin dalam dan semakin kuat apabila selalu diuji dengan pengalaman baru. Menurut piaget, manusia memiliki struktur pengetahuan dalam otaknya, seperti kotak-kotak yang masing- masing berisi informasi bermakna yang berbeda – beda. Pengalaman sama bagi beberapa orang akan dimaknai berbeda-beda oleh masing- masing individu dan disimpan dalam kotak yang berbeda. Setiap pengalaman baru dihubungkan dengan kotak-kotak( struktur pengetahuan) dalam otak manusia tersebut. Struktur pengetahuan di kembangkan dalam otak manusia melalui dua cara, yaitu asimilasi atau akomodasi. Asimilasi maksudnya struktur pengetahuan baru dibuat atau dibangun atas dasar struktur pengetahuan yang sudah ada Akomodasi maksudnya struktur pengetahuan yang sudah ada dimodifikasi untuk menampung dan menyesuaikan dengan hadirnya pengalaman baru.

DoWnLOaD RPP MATEMATIKA K13 SMP/MTS

Kumpulan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Matematika Kurikulum 2013 SEBELUMNYA LIHAT SILABUS MATEMATIKA KURIKULUM 2013 DOWNLOAD DISINI...