Minggu, 20 Juli 2014

Pendekatan Kontekstual



            Pendekatan konstektual adalah konsep belajar yang membantu guru    mengaitkan antara materi dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni konstruktivisme, bertanya, menemukan, masyarakat belajar,permodelan dan penilaian sebenarnya.(Nurhadi,2002)
          Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Leaning, CTL) adalah pembelajaran yang dimulai dengan mengambil (mensimulasikan, menceritakan, berdialog, atau tanya jawab) kejadian pada dunia nyata kehidupan sehari-hari yang dialami siswa kemudian diangkat ke dalam konsep yang dibahas dalam pembelajaran. (Erman Suherman, 2003).
            Pendekatan konstektual adalah suatu konsep tentang pembelajaran yang membantu guru-guru untuk menghubungkan isi bahan ajar dengan situasi-situasi dunia nyata serta penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga negara, dan pekerja serta terlibat aktif dalam kegiatan belajar yang dituntut dalam pelajaran.(Joshua, 2003)
           Pendekatan kontekstual ini perlu diterapkan mengingat bahwa sejauh ini pendidikan masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihapal. Dalam hal ini fungsi fungsi dan peranan guru masih dominan sehingga siswa menjadi pasif dan tidak kreatif. Melalui pendekatan kontekstual ini siswa diharapkan belajar denga cara mengalami sendiri bukan menghapal.
             Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan konstektual memberikan penekanan pada penggunaan berpikir tingkat tinggi, transfer pengetahuan, permodelan, informasi dan data dari berbagai sumber. Dalam kaitan dengan evaluasi, pembelajaran dengan konstektual lebih menekankan pada authentik assesmen yang diperoleh dari berbagai kegiatan.
         Pembelajaran Kontekstual (contextual Teching and Leaning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapan dalam kehidupan mereka sehari-hari.
           Pendekatan kontekstual ini merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi nyata siswa dan mendorong siwa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Tugas guru dalam kelas kontekstual ini adalah membantu siswa mencapai tujuannya, maksudnya guru lebih banyak berurusan dengan srtategi daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk menemukan suatu yang baru bagi anggota kelas (siswa)
B.      Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual
      Adapun Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual yaitu :
1.      Pendahuluan
12' Apersepsi/Resepsi, motivasi, Introduksi
2.      Pengembangan
18' Pembelajaran konsep/prinsip
3.      Penerapan
45' Latihan penggunaan konsep/prinsip, pengembangan skill, evaluasi
4.      Penutup
5' Penyusunan rangkuman, penugasan

  1. Tahap Pendahuluan
Pada tahap ini dilakukan kegiatan-kegiatan berikut:
    1. Apersepsi , yaitu: mengingat dan memperbaiki kemamapuan bekal siswa mengenai pelajaran terdahulu yang berkaitan dengan pelajaran itu. Ini dapat dilakukan dengan pertanyaan-pertanyaan lisan atau tertulis tentang pengetahuan atau keterampilan yang diperlukan untuk menunjang pelajaran baru.
    2. Motivasi, yaitu: uasaha membangkitkan daya penggerak yang mendorong siswa untuk melakukan kegiatan belajar. Motivasi internal diharapkan dapat dikembangkan dalam belajar siswa. Motivasi selain pada pendahuluan, juga sepanjang kegiatan belajar mengajar.
    3. Penjelasan tujuan pembelajaran dan sistematika bahan. Meskipun hal itu dapat dilakuakan secara informative, namun lebih bermakana apabila guru memberikan tugas kepada siswa untuk melakukan kegiatan untuk memberi atau mengungkappengalaman belajar siswa yang terkait dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang hendak dicapai.
  1. Tahap Pengembangan
Secara umum ada dua macam objek yang berkaitan dengan tujuan pembelajaran matematika, yaitu objek langsung dan objek tidak langsung berkaitan dengan fakta, konsep, prinsip, dan skill matematika. Objek tidak langsung berkaitan dengan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah, alih belajar(transfer of learning), menyelidiki, kreatif, bersifat kritis, teliti, dan kekhasan objek pelajaran tersebut, dan objek tidak langsungnya menuntut pula kekhasan strategi pengajarannya.
Fakta disampaikan dengan penjelasan tentang arti dari fakta itu. Siswa dikatakan telah mengenal suatu fakta, bila ia dapat menuliskan dan menggunakannya dalam berbagai situasi .
Konsep dapat disajikan dengan memberikan contoh dan bukan contoh dari konsep itu, sampai akhirnya siswa dapat mendefinisikan konsep itu, yang juga dapat dilakukan melalui kegiatan memberikan pengalaman belajar yang terkait dengan konsep itu. Mendefinisikan konsep lebih bermakna jika gambaran awal sudah ada di benak siswa tentang ciri-ciri  konsep tersebut. Siswa dikatakan telah memahami suatu konsep bila ia dapat membedakan contoh dan bukan contoh dari konsep itu, misalnya mana yang persamaan dan mana yang bukan persamaan, dan menggunakan nya dalam berbagai situasi.
Prinsip dapat diajarkan dengan berbagai metode atau model dan pendekatan. Misalnya diajarkan dengan metode penemuan terbimbing atau dengan Tanya jawab, sehingga siswa sendiri yang menemukan prinsip itu. Secara teknis Tanya jawab dapat diselenggarakan dalam metode Tanya jawab, dapat pula dituangkan dalam media berupa lembar kerja, kartu kerja atau lembar tugas, baik bersifat penemuan ataupun investigative. Bahkan kegiatan interaktif dapat dilakukan dengan media computer. Hands On atau melakukan manipulasi dengan tangan( mengotak-atik) perlu dilakukan siswa, khususnya SD. Siswa dikatakan telah memahami prinsip jika ia dapat mengemukakan alasan kebenaran prinsip itu. Dan dapat menggunakannya.
Operasi/prosedur (skill) dilatihkan dengan memberikan contoh-contoh dan latihan-latihan. Siswa dikatakan telah menguasai skill jika ia telah lancar menggunakan skill itu.
Pada pengembangannya ini dianjurkan agar memberikan materi sedikit demi sedikit, maksudnya setelah dibahas satu konsep/prinsip/skill segera diberikan pertanyaan/latihan untuk menjajaki penangkapan siswa baru dilanjutkan dengan satu konsep/prinsip/skill lainnya berikan pertanyaan lagi, dan periksa lagi pemahaman siswa. Metode penyampaian dipilih sesuai dengan materinya dan kondisinya. Ada baiknya metode itu bervariasi diantaranya : ceramah, tanya jawab, diskusi, penemuan terbimbing, demonstrasi, experiment, permainan dan projek. Metode projek dilakukan sebagai kegiatan diluar kelas.
  1. Tahap Penerapan
Pada tahap ini siswa diberikan kesempatan untuk :
    1. Mengerjakan soal-soal latihan untuk memanfaatkan konsep / prinsip.
    2. Menerapkan pengetahuannya melalui latihan memecahkan soal-soal yang berkaitan dengan pengembangannya dalam matematika, mata pelajaran lain dan kehidupan sehari-hari.
Pengorganisasian dapat perorangan, berpasangan, atau kelompok.
  1. Tahap penutup.
Pada tahap ini guru mengarahkan siswa untuk membuat rangkuman. Berbagai tehnik yang mengaktifkan siswa dalam kegiatan ini dapat dilakukan. pemberian tugas pekerjaan rumah dilakukan pada tahap ini.

PEMBELAJARAN TUNTAS (MASTERY-LEARNING)



                Konsep belajar tuntas adalah proses belajar yang bertujuan agar bahan ajaran dikuasai    secara tuntas, artinya cara menguasai materi secara penuh. Dengan sistem belajar tuntas diharapkan proses belajar mengajar dapat dilaksanakan agar tujuan instruksional yang akan dicapai dapat diperoleh secara optimal sehingga proses belajar lebih efektif dan efisien. Tingkat ketuntasan bermacam-macam dan merupakan persyaratan yang harus dicapai siswa. Persyaratan penguasaan bahan tersebut berkisar antara 75% sampai dengan 90%.
Ciri-Ciri Pembelajaran tuntas
¢  Siswa dapat belajar dengan baik
¢  Bakat seseorang siswa dalam bidang Pengajaran dapat diramalkan
¢  Tingkat hasil belajar bergantung waktu yang digunakan secara nyata
¢  Tingkat hasil belajar samadengan ketentuan, kesempatan belajar bakat, kualitas pengajaran, dan kemampuan memahami pelajaran.
¢  Setiap siswa memperoleh kesempatan belajar yang berdiferensiasi dan kualitas pengajaran yang berdifirensiasi pula.
Langkah-langkah belajar tuntas
¢  Kegiatan orientasi
¢  Kegiatan belajar mengajar
¢  Penentuan tingkat penguasaan bahan
¢  Memberikan atau melaporkan tingkat penguasaan setiap siswa
¢  Pengecekan keefektifan seluruh program


Pendekatan Heuristik



Kata heuristik berasal dari bahasa Yunani yaitu “heuriskein”  yang berarti “saya menemukan”. Pengertian ini menurut Rusyan (1993:114) adalah semacam fakta psikologis yang muncul sebagai kodrat manusia yang memiliki nafsu untuk menyelidiki sejak bayi. Keinginan memperoleh pengetahuan dan informasi dari orang lain adalah dorongan wajar yang terdapat pada setiap manusia.
Metode heuristik ini dipromosikan oleh Profesor Amstrong, menurut metode ini peserta didik sendiri yang harus menemukan fakta ilmu pengetahuan. Strategi belajar mengajar heuristik adalah merancang pembelajaran dari berbagai aspek dari pembentukan sistem instruksional mengarah pada pengaktifan peserta didik mencari dan menemukan sendiri fakta, prinsip, dan konsep yang mereka butuhkan. Pendekatan heuristik adalah pendekatan pengajaran yang menyajikan sejumlah data dan siswa diminta untuk membuat kesimpulan menggunakan data tersebut, implementasinya dalam pengajaran menggunakan metode penemuan dan metode inkuiri.
Metode penemuan didasarkan pada anggapan, bahwa materi suatu bidang studi tidak saling lepas, tetapi ada kaitan antara materi-materi itu. Dengan metode ini akan dicari hubungan antar materi-materi yang sebelumnya belum diketahui oleh siswa. Sedangkan metode inkuiri adalah para siswanya bebas memilih atau menyusun objek yang dipelajarinya, mulai dari menentukan masalah, mengumpulkan data, analisis data hingga pada kesimpulannya yaitu anak menemukan sendiri.
Prinsip penting dalam pendekatan heuristik oleh Rusyan (1993:115) adalah: (1) aktivitas peserta didik mejadi fokus perhatian utama dalam belajar; (2) berpikir logis adalah cara yang paling utama dalam menemukan sesuatu; (3) proses mengetahui dari sesuatu yang sudah diketahui menuju kepada yang belum diketahui adalah jalan pelajaran yang paling rasional dalam pelajaran di sekolah; (4) pengalaman yang penuh tujuan adalah tonggak dari usaha pembelajaran peserta didik kearah belajar berbuat, bekerja dan berusaha; dan (5) perkembangan mental seseorang berlangsung selama ia berpikir dan belajar mandiri. Dengan prinsip ini menunjukkan bahwa pendekatan heuristik dapat mendorong peserta didik bersikap berani untuk berpikir ilmiah dan mengembangkan berpikir mandiri.
    
C.     Kelebihan dari Pendekatan Heuristik
Pendekatan heuristik ini mempunyai kelebihan antara lain adalah sebagai berikut:
1.   Siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran.
2.   Menumbuhkan sekaligus menanamkan sikap inquiry (mencari-temukan).
3.   Mendukung kemampuan problem solving siswa.
4.   Materi yang dipelajari dapat mencapai tingkat kemampuan yang tinggi dan lebih lama membekas karena siswa dilibatkan dalam proses penemuannya.

D.     Kelemahan dari Pendekatan Heuristik
Pendekatan heuristik ini mempunyai kelemahan antara lain adalah sebagai berikut:
1.   Untuk materi tertentu waktu yang tersita lebih lama.
2.   Tidak semua siswa dapat mengikuti pelajaran dengan cara ini. Di lapangan, beberapa siswa masih terbiasa dan mudah mengerti dengan model ceramah.
3.   Pendekatan ini kurang cocok bagi peserta didik yang lamban.
4.   Tidak semua topik cocok disampaikan dengan pendekatan ini.

E.     Langkah-Langkah Pendekatan Heuristik
Agar pelaksanaan pendekatan heuristik ini berjalan efektif, beberapa langkah yang perlu ditempuh adalah sebagai berikut:
1.      Adanya problema yang akan dipecahkan, yang dinyatakan dengan pernyataan atau pertanyaan
2.      Jelas tingkat/kelasnya (dinyatakan dengan jelas tingkat siswa yang akan diberi pelajaran, misalnya SD kelas III)
3.      Konsep atau prinsip yang harus ditemukan siswa melalui kegiatan tersebut perlu ditulis dengan jelas.
4.      Alat/bahan perlu disediakan sesuai dengan kebutuhan siswa dalam melaksanakan kegiatan
5.      Diskusi sebagai pengarahan sebelum siswa melaksanakan kegiatan.
6.      Kegiatan metode penemuan oleh siswa berupa penyelidikan/ percobaan untuk menemukan konsep-konsep atau prinsip-prinsip yang telah ditetapkan
7.      Proses berpikir kritis perlu dijelaskan untuk menunjukkan adanya mental operasional siswa, yang diharapkan dalam kegiatan.
8.      Perlu dikembangkan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat terbuka, yang mengarah pada kegiatan yang dilakukan siswa.

Pembelajaran Sumbang Saran (Brain Storming)



Brain Storming adalah suatu teknik atau cara pengajar yang dilaksanakan oleh guru di dalam kelas. Ialah dengan melontarkan suatu masalah ke kelas oleh guru, kemudian siswa menjawab atau menyatakan pendapat, atau komentar sehingga mungkin masalah tersebut berkembang menjadi masalah baru. Atau dapat juga diartikan sebagai satu cara untuk mendapatkan banyak ide dari sekelompok manusia dalam waktu yang sangat singkat.

Dalam pelaksanaan metode ini tugas guru adalah memberikan masalah yang mampu merangsang pikiran siswa, sehingga mereka menanggapi, dan seorang guru tidak boleh mengomentari bahwa pendapat siswa itu benar/salah serta tidak perlu menyimpilkan. Guru hanya menampung semua pernyataan pendapat siswa, sehingga semua siswa di dalam kelas mendapat giliran, tidak perlu komentar atau evaluasi.
Murid bertugas menanggapi masalah dengan mengemukakan pendapat, komentar atau bertanya, mengemukakan masalah baru. Mereka belajar dan berlatih merumuskan pendapatnya dengan bahasa dan kalimat yang baik. Siswa yang kurang aktif perlu dipancing dengan pertanyaan dari guru agar turut berpartisipasi aktif dan berani mengemukakan pendapatnya.
Adapun langkah-langkah yang harus ditempuh dalam penerapan sumbang saran (brain storming), yaitu:
a)      Guru mengemukakan suatu permasalahan, baik yang dibuat sendiri atau bersumber dari buku teks dalam bentuk soal cerita.
b)      Siswa menanggapi masalah yang diberikan dengan mencoba menyelesaikan soal cerita tersebut berdasarkan langkah-langkah dalam menyelesaikan soal cerita, sedangkan guru mengontrol kegiatan siswa.
c)      Siswa berkomentar atau bertanya jika didalam permasalahan tersebut ada yang belum dipahami atau dimengerti, tetapi guru hanya menampung semua pernyataan siswa.
d)     Guru hanya membimbing siswa untuk menyelesaikan soal    cerita tersebut, agar siswa tersebut belajar dan berlatih untuk menyelesaikan soal cerita tersebut.

DoWnLOaD RPP MATEMATIKA K13 SMP/MTS

Kumpulan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Matematika Kurikulum 2013 SEBELUMNYA LIHAT SILABUS MATEMATIKA KURIKULUM 2013 DOWNLOAD DISINI...