Minggu, 20 Juli 2014

Strategi Pembelajaran Mind Mapping


A.    Strategi Pembelajaran Mind Mapping
Mind Mapping atau Peta Pikiran adalah metode mempelajari konsep yang ditemukan oleh Tony Buzan. Konsep ini didasarkan pada cara kerja otak kita menyimpan informasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa otak kita tidak menyimpan informasi dalam kotak-kotak sel saraf yang terjejer rapi melainkan dikumpulkan pada sel-sel saraf yang berbercabang-cabang yang apabila dilihat sekilas akan tampak seperti cabang-cabang pohon. Dari fakta tersebut maka disimpulkan apabila kita juga menyimpan informasi seperti cara kerja otak, maka akan semakin baik informasi tersimpan dalam otak dan hasil akhirnya tentu saja proses belajar kita akan semakin mudah.
Mind Mapping (Peta pikiran) adalah teknik meringkas bahan yang akan dipelajari dan memproyeksikan masalah yang dihadapi ke dalam bentuk peta atau teknik grafik sehingga lebih mudah memahaminya (Iwan Sugiarto, 2004).
Pemetaan pikiran merupakan  teknik visualisasi verbal ke dalam gambar. Peta pikiran sangat bermanfaat untuk memahami materi, terutama materi yang diberikan secara verbal. Peta pikiran bertujuan membuat materi pelajaran terpola secara visual dan grafis yang akhirnya dapat membantu merekam, memperkuat, dan mengingat kembali informasi yang telah dipelajari (Eric Jensen, 2002).
Dari uraian tersebut, peta pikiran (mind mapping) adalah satu teknik mencatat yang mengembangkan gaya belajar visual. Peta pikiran  memadukan dan mengembangkan potensi kerja otak yang terdapat di dalam diri seseorang. Dengan adanya keterlibatan kedua belahan otak maka kan memudahkan seserorang untuk mengatur dan mengingat segala bentuk informasi, baik secara tertulis maupun secara verbal. Adanya kombinasi warna, simbol, bentuk dan sebagainya memudahkan otak dalam menyerap informasi yang diterima.
Peta pikiran yang dibuat oleh siswa dapat bervariasi setiap hari. Hal ini disebabkan karena berbedanya emosi dan perasaan yang terdapat dalam diri siswa setiap harinya. Suasana menyenangkan yang diperoleh siswa ketika berada di ruang kelas pada saat proses belajar akan mempengaruhi penciptaan peta pikiran. Tugas guru dalam proses belajar adalah menciptakan suasana yang dapat mendukung kondisi belajar siswa terutama dalam proses pembuatan mind mapping.
Penggunaan catatan mind mapping akan membiasakan siswa untuk melatih aktivitas kreatifnya sehingga siswa dapat menciptakan suatu produk kreatif yang dapat bermanfaat bagi diri dan lingkungannya. Hal ini dapat merangsang keterlibatan emosi positif siswa dalam proses pembelajaran. Emosi sangat diperlukan untuk menciptakan motivasi belajar yang tinggi. Motivasi yang tinggi dapat menambah kepercayaan diri siswa, sehingga siswa tidak ragu dan malu serta mau mengembangkan potensi-potensi yang terdapat dalam dirinya terutama potensi yang berhubungan dengan kreatifitas. Pemetaan pikiran yang terdapat dalam pembelajaran kuantum adalah salah satu produk kreatif bentuk sederhana yang dapat dikembangkan. Kelebihan Mind Mapping antara lain:
  1. Adanya kombinasi warna, simbol, bentuk dan sebagainya memudahkan otak dalam menyerap informasi yang diterima.
  2. Fleksibel. Jika ada informasi baru yang harus di catat, dengan mudah Anda dapat langsung menambahkannya di tempat yang sesuai dalam Mind Mapping Anda. 
  3. Dengan digunakannya mind mapping  maka akan terjadi keseimbangan kerja kedua belahan otak, sehingga dapat meningkatkan daya ingat.
  4. Waktu yang diperlukan untuk belajar lebih cepat dan efektif.
  5. Membuat individu menjadi lebih kreatif. (DePorter dan Hernacki, 2001).

B.     Membuat Mind Mapping
Untuk membuat Peta Pikiran, gunakan pulpen berwarna dan mulailah dari bagian tengah kertas. Sebaiknya, gunakan kertas secara melebar untuk mendapatkan lebih banyak tempat. Berikut ini adalah langkah-langkah pembuatan Peta Pikiran,
1.      Tulis gagasan utama di tengah-tengah kertas dan lingkupilah dengan lingkaran, persegi, atau bentuk lain.
2.      Tambahkan sebuah cabang yang keluar dari pusatnya untuk setiap poin atau gagasan utama. Jumlah cabang-cabangnya akan bervariasi, tergantung dari jumlah gagasan atau segmen.
3.      Tulislah kata kunci atau frase pada tiap-tiap cabang yang dikembangkan untuk detail. Kata-kata kunci adalah kata-kata yang menyampaikan inti sebuah gagasan atau dapat memicu ingatan.
4.      Tambahkan simbol-simbol dan ilustrasi-ilustrasi untuk mendapatkan ingatan yang lebih baik.
Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk membuat catatan Peta Pikiran lebih mudah diingat, yaitu:
·         Gunakan huruf kapital.
·         Tulislah gagasan-gagasan penting dengan huruf-huruf yang lebih besar.
·         Gambarkanlah Peta Pikiran Anda dengan hal-hal yang berhubungan dengan Anda. Contohnya, simbol jam menunjukkan bahwa benda ini memiliki tenggat waktu yang penting.
·         Garis bawahi kata-kata itu dan gunakan huruf tebal.
·         Bersikaplah kreatif dan berani dalam desain, karena otak kita lebih mudah mengingat hal yang tidak biasa. (DePorter dan Hernacki, 2001) 

Peta Pikiran (Mind Mapping)



Peta Pikiran Mind Mapping atau Peta Pikiran adalah metode mempelajari konsep yang ditemukan oleh Tony Buzan. Konsep ini didasarkan pada cara kerja otak kita menyimpan informasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa otak kita tidak menyimpan informasi dalam kotak-kotak sel saraf yang terjejer rapi melainkan dikumpulkan pada sel-sel saraf yang berbercabang-cabang yang apabila dilihat sekilas akan tampak seperti cabang-cabang pohon. Dari fakta tersebut maka disimpulkan apabila kita juga menyimpan informasi seperti cara kerja otak, maka akan semakin baik informasi tersimpan dalam otak dan hasil akhirnya tentu saja proses belajar kita akan semakin mudah.
Dari penjelasan diatas, bisa disimpulkan cara kerja Peta Pikiran adalah menuliskan tema utama sebagai titik sentral / tengah dan memikirkan cabang-cabang atau tema-tema turunan yang keluar dari titik tengah tersebut dan mencari hubungan antara tema turunan. Itu berarti setiap kali kita mempelajari sesuatu hal maka fokus kita diarahkan pada apakah tema utamanya, poin-poin penting dari tema yang utama yang sedang kita pelajari, pengembangan dari setiap poin penting tersebut dan mencari hubungan antara setiap poin. Dengan cara ini maka kita bisa mendapatkan gambaran hal-hal apa saja yang telah kita ketahui dan area mana saja yang masih belum dikuasai dengan baik.
Untuk membuat peta pikiran, gunakan pulpen berwarna dan mulailah pada bagian tengah kelas anda. Kalau bisa gunakan kertas secara melebar untuk mendapatkan lebih banyak tempat. Kemudian ikutilah langkah-langkah berikut:
  1. Tulislah gagasan utamanya ditengah-tengah kertas dan lingkupilah dengan lingkaran, persegi, atau bentuk-bentuk lain.
  2. Tambahkanlah sebuah cabang yang keluar dari pusatnya untuk setiap poin gagasan utama. Gunakan warna yang berbeda untuk tiap-tiap cabang.
  3. Tulislah kata kunci atau frase pada tiap-tiap cabang yang dikembangkan untuk detail. Kata-kata kunci adalah kata-kata yang digunakan untuk menyampaikan inti gagasan dan memicu ingatan.
  4. Tambahkan simbol-simbol dengan ilustrasi-ilustrasi untuk mendapatkan ingatan yang lebih baik. ( DePorter dan Hernacky, 2000 )
Sedangkan cara yang dapat kita lakukan untuk catatan peta pikiran lebih mudah di ingat:
  1. Tulis atau ketiklah secara rapi dengan menggunakan huruf-huruf kapital.
  2. Tulislah gagasan penting dengan huruf-huruf yang lebih besar sehingga mereka langsung menonjol begitu kita membuka kembali catatan kita.
  3. Meningkatkan pemahaman. Ketika membaca suatu tulisan atau laporan teknik, peta pikiran akan meningkatkan pemahaman dan memberikan cacatan tinjauan ulang yang sangat berarti nantinya.
  4. menyenangkan. Imajinasi dan kreatifitas kita tidak terbatas, dan hal ini menjadikan pembuatan  dan peninjauan ulang cacatan (DePorter dan Hernacky, 2000) waktu yang diperlukan untuk mempelajari ulang apa yang telah dicatat menjadi jauh lebih singkat, dan tingkat recall (mengingat kembali) sangat baik (Gunawan, 2004)
A.    Manfaat Peta Pikiran
Peta pikiran memberikan banyak manfaat. Peta pikiran, memberi pandangan menyeluruh pokok masalah atau area yang luas, memungkinkan kita merencanakan rute atau membuat pilihan-pilihan dan mengetahui ke mana kita akan pergi dan di mana kita berada. Keuntungan lain yaitu mengumpulkan sejumlah besar data di suatu tempat, mendorong pemecahan masalah dengan membiarkan kita melihat jalan-jalan terobosan kreatif baru, merupakan sesuatu yang menyenangkan untuk dipandang, dibaca, direnungkan dan diingat.
Untuk anak-anak, peta pikiran memiliki manfaat, yaitu : membantu dalam mengingat, mendapatkan ide, menghemat waktu, berkonsentrasi, mendapatkan nilai yang lebih bagus, mengatur pikiran dan hobi, media bermain, bersenang-senang dalam menuangkan imajinasi yang tentunya memunculkan kreativitas.
Sedangkan manfaat lain dari peta pikiran adalah sebagai berikut:
  1. Untuk menulis secara kreatif
  2. Untuk menuangkan ide secara bebas
  3. Untuk menyusun “daftar tugas” secara detail
  4. Untuk melakukan pencatatan secara efektif
  5. Untuk membantu proses pengembangan diri (Hernowo, 2004)

Problem Posing


  1. Problem Posing
(1)Suryanto (1998) menjelaskan bahwa problem posing adalah perumusan soal sederhana atau perumusan ulang soal yang ada dengan beberapa perubahan  agar lebih sederhana sehinga soal tersebut dapat diselesaikan. Ini terjadi pada soal-soal yang rumit. (2) problem posing adalah perumusan soal-soal yang berkaitan dengan syarat-syarat pada soal yang akan  diselesaikan(Silver, dkk:1996) menekankan pada pengajuan soal oleh siswa. (3) Problem posing adalah pengajuan soal dari informasi yang tersedia, baik dilakukan sebelum, ketika atau setelah kegiatan penyelesaian
Untuk menghasilkan aktivitas mental dalam matematika Silver dan Cai (1996) dalam Tatag Y. E Siswono (2000) mengemukakan  tiga hal yaitu :
a.       Pengajuan  pre –solusi ( presolution posing)  yaitu siswa  membuat soal dari situasi yang diadakan.
b.      Pengajuan di dalam solusi (Within- solution posing) yaitu siswa merumuskan ulang soal seperti yang telah diselesaikan
c.       Pengajuan setelah solusi (post solution posing) yaitu seorang siswa memodifikasi tujuan atau kondisi soal yang sudah diselesaikan untuk membuat soal baru.
Dalam pembelajaran matematika , memberikan soal pada siswa merupakan hal yang sangat strategis. Akan tetapi umumnya soal dibuat oleh guru dan siswa diminta untuk menyelesaikannya, atau guru hanya menugaskan siswa untuk menyelesaikan soal- soal yang sudah tersedia dibuku paket.
Bagi guru membuat soal adalah pekerjaan yang harus dilakukan sehari-hari, oleh karena itu agar seorang guru dapat membuat soal bagi muridnya maka ia haruslah memiliki kemampuan antara lain: (a) menguasai masalah yang akan diselesaikan,(b) mampu menggunakan proses berpikir untuk menentukan konsep atau rumus atau dalil yang akan digunakan untuk menyelesaikannya, dan (c) memiliki  kreativitas dalam menyusun kalimat soal yang dapat dimengerti dan dipahami  orang lain
Kegiatan ini selalu dilakukan guru dari hari kehari selama guru melaksanakan tugas-tugas mengajarnya. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa guru memiliki kemampuan (a), (b) dan (c) tersebut di atas.
Akan muncul pertanyaan, bagaimana seandainya kegiatan tersebut  dilakukan oleh siswa? Mungkinkah kemampuan  tersebut akan dapat membantu  untuk  meningkatkan proses berpikir siswa.?   
Makalah ini menggangkat suatu gagasan kemungkinan-kemungkinan untuk melaksanakan suatu  pembelajaran sebagai salah satu pertimbangan untuk perbaikan kemampuan siswa dalam memahami konsep-konsep, dan keterampilan  matematika, dengan mengunakan pendekatan  problem posing. 
Gagasan ini berdasarkan pada beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Sutiarso (1999) yang menyatakan bahwa prestasi belajar siswa yang diajarkan dengan problem posing lebih baik dari pada prestasi belajar siswa yang  diajarkan dengan pendekatan konvensional
As’ari (2000) juga menyarankan bahwa problem posing perlu mendapat perhatian untuk diterapkan di kelas, karena mampu membuat siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran dan juga mampu meningkatkan prestasi belajarnya. Meskipun banyak penelitian yang menyatakan bahwa penggunaan pendekatan tersebut dapat memperlihatkan dampak positif dalam prestasi siswa, bukan berarti tidak terdapat  kelemahannya.
Hasil penelitian Silver dan Cai (1996) dalam Yuhasriati (2002) menyatakan bahwa kelemahan utama dari penggunaan pendekatan  problem posing ini berkaitan dengan penguasaan bahasa dimana siswa  mengalami kesulitan dalam membuat kalimat tanya. Akan tetapi kelemahan ini masih  dapat diatasi dengan lebih banyak memberikan kesempatan bagi siswa untuk berlatih dalam membuat kalimat-kalimat tanya yang berhubungan dengan masalah yang dihadapkan.
B. Model Problem Posing
Dalam pelaksanaanya  dikenal beberapa jenis model problem posing antara lain
1        Situasi problem posing bebas, siswa diberikan kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengajukan soal sesuai dengan apa yang dikehendaki . Siswa dapat menggunakan fenomena dalam kehidupan sehari-hari sebagai acuan untuk mengajukan soal.
2        Situasi problem posing semi terstruktur siswa diberikan situasi/informasi terbuka. Kemudian siswa diminta untuk mengajukan soal dengan mengkaitkan informasi itu dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya. Situasi dapat berupa gambar atau informasi yang dihubungkan dengan konsep tertentu.
3        Situasi  problem posing terstruktur, siswa diberi soal atau selesaian soal tersebut, kemudian berdasarkan hal tersebut siswa diminta untuk mengajukan soal baru.
Dari beberapa jenis situasi problem posing yang diberikan pada siswa, diperoleh beberapa respon siswa terhadap tugas-tugas problem posing.
Ada 3 (tiga) jenis  respon pengajuan soal siswa terhadap tugas problem posing, yaitu
(1)   Pertanyaan matematika.
Pertanyaan matematika adalah pertanyaan yang mengandung masalah dalam matematika dan mempunyai kaitan dengan informasi yang ada pada situasi yang diberikan. Pertanyaan matematika dapat dikategorikan dengan, (i) pertanyaan matematika yang dapat diselesaikan  yaitu jika pertanyaan tersebut memuat informasi yang cukup dari situasi  yang ada untuk diselesaikan  dan (ii) pertanyaan matematika yang tidak dapat diselesaikan jika pertanyaan tersebut tidak memiliki informasi yang cukup dari situasi yang ada untuk diselesaikan atau jika pertanyaan tersebut memiliki tujuan yang tidak sesuai dengan informasi yang ada.
(2)   Pertanyaan non matematikaadalah pertanyaan yang tidak mengandung masalah matematika
(3)   Pernyataan adalah kalimat yang bersifat ungkapan /berita yang bernilai benar atau salah saja.

Pengertian Peta Konsep


Pengertian Peta Konsep
Menurut Hudojo, et al (2002) peta konsep adalah saling keterkaitan antara konsep dan prinsip yang direpresentasikan bagai jaringan konsep yang perlu dikonstruk dan jaringan konsep hasil konstruksi inilah yang disebut peta konsep. Sedangkan menurut Suparno (dalam Basuki, 2000, h.9) peta konsep merupakan suatu bagan skematik untuk menggambarkan suatu pengertian konseptual seseorang dalam suatu rangkaian pernyataan. peta konsep bukan hanya menggambarkan konsep-konsep yang penting, melainkan juga menghubungkan antara konsep-konsep itu. Dalam menghubungkan konsep-konsep tersebut dapat digunakan dua prinsip yaitu prinsip diferensial progresif dan prinsip penyesuaian integratif. Dahar (1989) mengemukakan ciri-ciri peta konsep sebagai berikut :
1. Penyajian peta konsep adalah suatu cara untuk memperlihatkan konsep-konsep dan proposisi-proposisi dalam suatu topik pada bidang studi.
2. Peta konsep merupakan gambar yang menunjukkan hubungan konsep-konsep dari suatu topik pada bidang studi.
3. Bila dua konsep atau lebih digambarkan dibawah suatu konsep lainnya, maka terbentuklah suatu hirarki pada peta konsep itu.
Martin (dalam Basuki, 2000) mengungkapkan bahwa peta konsep merupakan petunjuk bagi guru, untuk menunjukkan hubungan antara ide-ide yang penting dengan rencana pembelajaran. Sedangkan menurut Arends (dalam Basuki, 2000) menuliskan bahwa penyajian peta konsep merupakan suatu cara yang baik bagi siswa untuk memahami dan mengingat sejumlah informasi baru. Dengan penyajian peta konsep yang baik maka siswa dapat mengingat suatu materi dengan lebih lama lagi.

C. Cara Menyusun Peta Konsep
Menurut Dahar (1988:154) peta konsep memegang peranan penting dalam belajar bermakna. Oleh karena itu siswa hendaknya pandai menyusun peta konsep untuk meyakinkan bahwa siswa telah belajar bermakna. Langkah-langkah berikut ini dapat diikuti untuk menciptakan suatu peta konsep.
Langkah 1: Mengidentifikasi ide pokok atau prinsip yang melingkupi sejumlah konsep.
Langkah  2:  Mengidentifikasi ide-ide atau konsep-konsep sekunder yang menunjang ide utama.
Langkah  3: Menempatkan ide utama di tengah atau di puncak peta tersebut.
Langkah  4:  Mengelompokkan ide-ide sekunder di sekeliling ide uatama yang secara visual menunjukkan hubungan ide-ide tersebut dengan ide utama.
            Berdasarkan pendapat di atas dapat dikemukakan langkah-langkah menyusun peta konsep sebagai berikut:
1)  Memilih suatu bahan bacaan.
2)  Menentukan konsep-konsep yang relevan.
3) Mengelompokkan (mengurutkan) konsep-konsep dari yang paling inklusif ke yang paling    tidak inklusif.
4) Menyusun konsep-konsep tersebut dalam suatu bagan, konsep-konsep yang paling inklusif diletakkan di bagian atas atau di pusat bagan tersebut.

D. Jenis-jenis Peta Konsep
Menurut Nur (2000) dalam Erman (2003: 24) peta konsep ada empat macam yaitu: pohon jaringan (network tree), rantai kejadian (events chain), peta konsep siklus (cycle concept map), dan peta konsep laba-laba (spider concept map).

1) Pohon Jaringan
Ide-ide pokok dibuat dalam persegi empat, sedangkan beberapa kata lain dihubungkan oleh garis penghubung. Kata-kata pada garis penghubung memberikan hubungan antara konsep-konsep. Pada saat mengkonstruksi suatu pohon jaringan, tulislah topik itu dan daftar konsep-konsep utama yang berkaitan dengan topik itu. Daftar dan mulailah dengan menempatkan ide-ide atau konsep-konsep dalam suatu susunan dari umum ke khusus. Cabangkan konsep-konsep yang berkaitan itu dari konsep utama dan berikan hubungannya pada garis-garis itu (Nur dalam Erman 2003: 25)
Pohon jaringan cocok digunakan untuk memvisualisasikan hal-hal:
a) Menunjukan informasi sebab-akibat
b) Suatu hirarki
c) Prosedur yang bercabang

2) Rantai Kejadian
Nur dalam Erman (2003:26) mengemukakan bahwa peta konsep rantai kejadian dapat digunakan untuk memberikan suatu urutan kejadian, langkah-langkah dalam suatu prosedur, atau tahap-tahap dalam suatu proses. Misalnya dalam melakukan eksperimen. Rantai kejadian cocok digunakan untuk memvisualisasikan hal-hal:
a) Memerikan tahap-tahap suatu proses
b) Langkah-langkah dalam suatu prosedur
c) Suatu urutan kejadian

3) Peta Konsep Siklus
Dalam peta konsep siklus, rangkaian kejadian tidak menghasilkan suatu hasil akhir. Kejadian akhir pada rantai itu menghubungkan kembali ke kejadian awal. Seterusnya kejadian akhir itu menghubungkan kembali ke kejadian awal siklus itu berulang dengan sendirinya dan tidak ada akhirnya. Peta konsep siklus cocok diterapkan untuk menunjukan hubungan bagaimana suatu rangkaian kejadian berinteraksi untuk menghasilkan suatu kelompok hasil yang berulang-ulang.

4) Peta Konsep Laba-laba
Peta konsep laba-laba dapat digunakan untuk curah pendapat. Dalam melakukan curah pendapat ide-ide berasal dari suatu ide sentral, sehingga dapat memperoleh sejumlah besar ide yang bercampur aduk. Banyak dari ide-ide tersebut berkaitan dengan ide sentral namun belum tentu jelas hubungannya satu sama lain. Kita dapat memulainya dengan memisah-misahkan dan mengelompokkan istilah-istilah menurut kaitan tertentu sehingga istilah itu menjadi lebih berguna dengan menuliskannya di luar konsep utama. Peta konsep laba-laba cocok digunakan untuk memvisualisasikan hal-hal:
a) Tidak menurut hirarki, kecuali berada dalam suatu kategori
b) Kategori yang tidak parallel
c) Hasil curah pendapat

DoWnLOaD RPP MATEMATIKA K13 SMP/MTS

Kumpulan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Matematika Kurikulum 2013 SEBELUMNYA LIHAT SILABUS MATEMATIKA KURIKULUM 2013 DOWNLOAD DISINI...